Engkau yang ku kenal dulu sangat anggun , ceria dan sangat sedernahana dalam bertingkah.
Setiap lembaran hidupku selalu kau hiasi dengan bingkai-bingkai agar menjadi indah.
Engkau yang ku kenal dulu sangat setia bertanya ” lalu apa lagi yang akan kita lalui hari ini?”
Hingga Matahari iri padaku
Aku dicampakkan di negeri jauh yang aku sendiri tak tak tahu negeri ini entah dimana
Setiap hari aku meronta-ronta disudut malam agar dikembalikan ke samping mu
Tapi sia-sia semua yang ada disinipun adalah yang tersesat tak bisa pulang
Bertahun – tahun aku pelajari ilmu alam hanya untuk bisa kembali padamu
Jujur saja gambar wajahmu sudah mulai pudar dalam mataku
Namun cintaku pada semua sifat-sifatmu yang sederhana itu tidak akan pudar
Meski jasat ini habis terkikis air keringat perjuanganku
Hingga suatu saat aku bisa berbincang2 dengan angin, kuceritakkan semua kisah kita
Tahukah engkau mata ku tidak pernah menangis lagi sejak aku menganal mu
Hingga saat itu hingga angin berkata ” aku baru saja melalu tempat yang kau ceritakan, tidak ada gadis seperti yang kau ceritakan, tidak ada wanita sedang menunggumu atau bersedih atas kehilanganmu”
Tak percaya akan itu aku tanyakan pada awan jawabannya pun sama
Ku pergi pada rombongan burung dengan membawa sisa-sisa sketsa wajahmu di hatiku Jawabannya lebih parah lagi ” kami sering melihatnnya dan dia hidup bahagia dengan seorang kekasihnya”
Tahukah engkau mungkin tubuh dan pikiranku dari baja namun hati ku ini terbuat dari kaca
Dan kaca itu kini dijatuhkan beban yang bahkan baja sekalipun tak bisa menahannya
Dahulu aku disini tersesat berjuang dengan hasrat gilaku untuk kembali pulang
Kini aku disini tersesat dan tak memiliki tempat untuk pulang sementara aku masih terlalu asing untuk tempat ini